Sedari kecil aku ingin sekali menjadi seorang seniman, hingga dari beberapa bidang seni ku pelajari dari nol, aku pernah menjadi seorang gitaris, namun ternyata gagal, dan aku pun pernah menjadi seorang penyanyi, namun kembali gagal, hingga pada akhirnya aku pun menemukan seni yang nyaman bagi diriku sendiri, yaitu menjadi seorang penyair.
Syair pertama yang ku buat adalah cerita tentang kehidupanku, mulai dari kecil hingga dewasa, kesedihan, kebahagiaan, kisah suka dan dukaku semua ku jadikan syair cerita di dalam sebuah akun blog.
Saat itu aku bercerita tentang kisah romantis yang menceritakan tentang keindahan cinta, kesucian cinta, dan kedamaian cinta.
Sulit di percaya dengan cerita yang ku buat itu bisa membuat seseorang menjadi terharu, dia seorang wanita cantik, baik, ramah dan sangat rendah hati, dia seperti malaikat yang selalu memberikan pengarahan kepadaku dengan kedewasaan nyah.
Hingga suatu ketika dia pun meminta nomer telponku, dengan alasan ingin belahar bersyair, karna memang dia termasuk wanita yang cinta terhadap seni.
Setelah ku berikan nomer telponku, kita mulai kenal dan sering bertukar cerita tentang kehidupan kita masing", aku sangat terharu mengenalnya, karna dia sangat menghargai kehidupan yang tuhan herikan kepadanya, di dalam dirinya penuh kesabaran yang membuat dirinya menjadi sosok wanita yang sangat mulia.
Setelah kita saling mengnal, kita pun berniat untuk bertemu, karena kita saling memiliki rasa penasaran yang mendalam terhadap diri kita yang sesungguhnya.
Namun setelah bertemu, aku merasa terkejut melihat kalung yang dia pakai berbentuk salib, sempat ingin bertanya, namun aku takut menyinggung perasaannya.
2 jam pertemuan itu pun berjalan, kita saling bercanda, saling tertawa lepas sekali, sungguh dia adalah satu-satunya wanita yang belum pernah ku kenal di dunia ini.
Seiring berjalannya waktu kita pun menjalani hari yang berbeda dari sebelumnya, setiap hari kita bercerita melalui sms, kita berbincang melalui telpon, hingga pada akhirnya tumbuh rasa cinta di dalam hati kita berdua yang sulit kita pendam.
Lalu aku pun menuliskan sebuah cerita tentang isi hatiku kepadanya di dalam akun blog ku, ketidak sanggupanku untuk mengungkapkan isi hatiku, keingi tahuanku tentang salib yang tergantung di lehernya, semua ku tulis menjadi sebuah cerita.
Hingga satu ketika dia membaca cerita yang ku tulis kan itu, hentak setelah membacanya, dia langsung mengajaku untuk bertemu.
Setelah kita bertemu, rasa malu yang tumbuh di hatiku membuatku seakan menjadi sebuah patung yang tidak dapat berbicara, aku diam dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Hingga akhirnya dia menyuruhku untuk menjadikan cerita yang ku buat tentang isi hatiku kepadanya, di ucapkan menjadi sebuah puisi.
"Bulan, engkau tercipta dengan segala keindahanmu, cahayamu menjadi penerang di kala malam datang. Bintang, seperti inilah tuhan menciptakanku, menjadi sebuah cahaya yang kecil di atas langit. Bulan dan Bintang, tuhan menajikan kita sesuatu yang berbeda, namun selalu berdampingan. Bulan, tak ku sangka kebersamaan kita menjadikanku Bintang yang lemah, kebersamaan kita menjadikanku Bintang yang memiliki cinta. Bulan, mengapa engkau tercipta menjadi sebuah cahaya yang besar terang, sedangkan aku tercipta sebagai Bintang yang lemah, cahayaku terkadang padam, bahkan aku pun bisa terjatuh, berbeda denganmu Bulan, cahayamu menjadikan mu sesuatu yang berharga bagi langit dan alam, dan kebesaranmu menjadikanmu sesuatu yang abadi di langit. Bulan, ingin sekali aku memilikimu, namun ketika aku tersadar akan perbedaan kita, aku pun menjadi ragu untuk memilikimu".
Begitulah puisi yang ku lantunkan di depannya, namun setelah ku bacakan puisi itu, suasana seketika berubah menjadi hari, dengan mata yang sudah tidak sanggup meneteskan air mata nya, dia pun bertanya kepadaku.
"Apa yang membuatmu ragu untuk memilikiku, sedangkan aku pun memiliki rasa yang sama denganmu, aku mencintaimu, dan aku pun menyayangimu", ucap wanita itu.
"Sejak awal kita bertemu, ingin sekali aku bertanya tentang keyakinanmu, namun aku tidak ingin membuatmu merasa tersinggung, salib yang ada di kalungmu itu lah yang membuat aku menjadi ragu", ucapku kepadanya.
"Bukankah tuhan menciptakan manusia untuk saling mencintai, pernahkah tuhan membeda-bedakan umatnya di depan matanya, bukankah semua manusia itu sama di mata tuhan, jika hanya karena masalah keyakinan iman membuatmu ragu, lalu untuk apa tuhan mempertemukan kita berdua di waktu yang tidak pernah kita bayangkan", ucap wanita itu.
"Untuk saat ini aku belum bisa menemukan jawaban tenatang pertemuan kita, dan aku pun belum bisa menyimpulkan tentang perasaan cinta yang tumbuh kepadamu itu adalah citanta yang sesungguhnya atau hanyalah kekagumanku terhadap keindahan yang ada di dalam dirmu, kita lihat aja nanti, jika kita memang di takdirkan untuk saling mencintai, kita pasti tidak akan pernah di pisahkan". Ucapku kepadanya.
"Sebenarnya kita bisa bersatu yah, tapi mungkin bukan untuk saat ini", ucap wanita itu.
Setelah itu kita berdua pergi dan berpisah untuk saling mencari jawaban atas pertemuan yang berujung pada cinta yang tumbuh di dalam hati kita.
Bersambung . . .
0 Response to "Cinta 2 Agama Eps.1"